Senin, 18 Januari 2016

BAB 14: Galau

BAB 14: 🍁Galau🍁
Aku menemukannya di sudut  ruang SAT dengan telinga tertutupi headphone. Dia sedang fokus melihat layar monitor sambil menekan-nekan mouse dan keyboard dengan antusias.
Aku berniat menepuk pundaknya untuk memberitahu kalau aku ada disana, tapi aku menarik tanganku kembali sebelum sempat menyentuh bahunya. Aku tidak ingin mengganggu kesenangannya.
Setelah menunggunya cukup lama di bangku sebelahnya-ia bahkan tidak sadar aku duduk di sebelahnya sejak tadi-aku memutuskan untuk pulang saja dan menemuinya kapan-kapan.
"Yay! Aku menaaang!" teriakan itu tak membuat orang-orang di SAT menoleh karena berteriak-teriak seperti itu ketika bermain game di dalam SAT adalah hal yang biasa. Tapi teriakan itu membuat langkahku terhenti di dekat pintu keluar.
Aku menoleh pada sumber suara. Entah hanya kebetulan saja atau apa, laki-laki pemilik sumber suara itu menoleh padaku juga.
"Dek Va?! Dari tadi di SAT juga?  Ngapain?"
"Iya mas. Dari tadi aku di SAT. Nggak ngapa-ngapain. Cuma kepengin ketemu kamu aja." Itu yang ingin kukatakan padanya.
"Iya mas, download drama. Stok filmku buat di tonton di kosan udah abis." Tapi, hanya itu yang bisa kukatakan.
"Sini, temenin mas main game. Mas punya cemilan."
Aku ingin kabur dari tempat ini sekarang juga. Aku tak bisa berada lama-lama didekatnya. Akhir-akhir ini aku tak bisa bersikap biasa saja di depannya. Perasaanku lepas kontrol. Tapi pada akhirnya, aku mendatanginya juga. Aku tidak mau dia merasa kalau sikapku belakangan ini mulai berbeda.
"Mas," panggilku. Ia menoleh, melepas headphone dari kepalanya. "Hn?"
"Mas Sebastian mau pergi magang di tempat yang jauh ya?" Tanyaku. Tidak tahu kenapa aku mendadak sekepo ini tentang kehidupannya.
"Eh, kok tau?"
"Nggak sengaja denger dari temen kosan mas."
"Ooh gitu. Iya, mas dapet tawaran magang di Jepang dari kenalan omnya mas."
"Maaf ya, mas belum sempet cerita, kamu palah udah denger dulu dari orang lain."
"Nggak papa. Mas kapan berangkatnya?"
"Mmm belum tau, mungkin minggu depan atau depannya lagi. Belum jelas kapan. Banyak banget hal yang masih harus mas urus disini." Mendengar penjelasannya, aku hanya mengangguk-angguk.
"Mas minta maaf ya, untuk sementara mas nggak bisa bantuin kamu dulu. Tapi mas janji, mas janji kalau mas udah pulang, mas bakal bantuin kamu lagi. Nanti pas mas pergi, mas bakal minta ke CEO buat nggantiin aku sementara sama temenku."
"Nggak perlu minta maaf kali mas. Aku yang mau minta maaf sama mas karena udah banyak ngerepotin mas selama ini, padahal bayaranku ke mas nggak seberapa."
"Oya mas, sebenernya aku besok mau ngomong sesuatu sama mas. Tapi karena kita udah terlanjur disini, yaudah aku ngomong sekarang aja. Makasih ya mas udah bantu aku banyak hal selama ini. Mulai besok, mas nggak perlu bantuin aku lagi."
"Kenapa? Kamu marah ya sama mas?"
"Nggak kok mas, tapi aku ngerasa aku udah cukup ngerepotin mas selama ini. Aku nggak boleh tergantung sama bantuan mas. Mas punya kehidupan mas sendiri yang perlu mas urusin."
"Tapi mas nggak pernah ngerasa direpotin sama kamu, dek."
"Mas dengerin aku dulu. Mas inget cowok yang pernah aku ceritain dulu? Dia udah janji ke aku kalau dia yang bakal jagain aku mulai sekarang. Mas nggak perlu khawatirin aku lagi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar