Jumat, 19 Februari 2016

Monolog

MONOLOG


Aku sadar sepenuhnya kalau aku hidup di dalam kenyataan.  Di dunia dimana ekspektasi tak pernah sejalan dengan kenyataan di lapangan. Aku bukan Alice dan takkan pernah jadi seperti Alice yang dapat merasakan seperti apa rasanya tersesat di Wonderland. Aku adalah penggila serial drama yang sedang berusaha menahan diri untuk tak lagi terlalu banyak menonton drama Korea. Karena sebanyak apapun drama yang kutonton, itu takkan membuat takdirku berubah menjadi seindah takdir seorang perempuan bernama yah, sebut saja Geum Jan Di.
Aku masih ingat sekali, adegan dari drama Boys Before Flower yang dialognya paling kusukai. Ketika Geum Jan Di berkata pada Go Jun Pyo, "Aku tidak cantik, aku tidak kaya, aku tidak pintar. Kenapa kau menyukaiku?"
Dan Go Jun Pyo menimpali, "Aku tampan, aku kaya dan aku pintar. Apa lagi yang kubutuhkan?"
Pertanyaanku adalah, adakah laki-laki seperti dia di dunia ini? Entahlah. Mungkin ada. Entah di belahan bumi bagian mana. Hanya saja, kalaupun ada, mungkin bukan untuk perempuan sepertiku. Apalah aku yang cuma butiran busa si lautan.  Aku hanya seorang perempuan biasa yang berasal dari kalangan biasa yang menjalani kehidupan yang sangat biasa dan berada di lingkungan hidup yang biasa-biasa saja.
Meski aku menjalani kehidupan dari sudut pandangku, aku selalu merasa bahwa di hidup keseharianku yang tampak seperti potongan serial drama ini, aku tak pernah merasa berperan menjadi tokoh utama. Meski aku ingin jadi tokoh utama, aku selalu berakhir dengan jatuh di serial drama orang lain dan hanya menjadi cameo disana. Figuran. Tokoh sampingan. Tokoh yang hanya kadang-kadang muncul dicerita dengan porsi yang sedikit dan tak diberi ending yang jelas seperti cerita milik tokoh utama.
Tidak peduli soal urusan romantika, perkuliahan, dan kehidupan sehari-hari, semua peran yang kujalani tak lebih dari porsi milik tokoh figuran, meski aku berperan di kehidupanku sendiri.
Meski begitu, kadang-kadang aku masih tergerak untuk mencari bukti. Bukti kalau aku adalah tokoh utama di kehidupanku sendiri.
Kadang-kadang aku bahkan mengetikkan namaku di mesin pencarian. Bukan apa-apa, hanya iseng. Siapa tahu suatu hari nanti namaku bisa muncul di urutan satu halaman pertama pencarian, tercantum dalam topik yang membanggakan. Tapi hari seperti itu sepertinya takkan pernah datang. Hari ini saja, namaku hanya baru bisa kutemui di halaman lima. Itu saja berkat daftar nilai ujian  tiap semester yang hanya bisa dilihat di internet. Tidak ada yang membanggakan disana. Aku hanya seorang mahasiswi bahasa yang biasa berada di peringkat kedua. Dari-bawah.
Aku hampir saja menyatakan diri sebagai tokoh utama di topik percintaan hidupku setelah menyadari kalau laki-laki dari jurusan sebelah yang kusukai sejak permulaan semester tak pernah tidak tersenyum ketika melihatku. Perempuan yang pernah berjuang bersamanya di hari-hari ospek. Dia laki-laki yang selalu tertawa dengan candaanku yang meskipun bagi orang lain terdengar garing di telinga. Orang yang tak pernah ragu-ragu untuk melambaikan tangannya padaku jika kami tak sengaja berpapasan di jalan. Dan tak segan mengajakku berbicara basa-basi di sela-sela perkumpulan unit kegiatan mahasiswa.
Tapi semua bukti yang mampu kujadikan acuan untuk menganggap diriku sendiri tokoh utama itu langsung terbantahkan ketika aku tengah dibuat menggigil oleh derai air hujan, lalu tiba-tiba saja melihatnya melintas didepanku sambil memboncengi perempuan di hari hujan. Perempuan itu melambai padaku, sambil memberi tanda dengan tangannya bahwa dia akan menghubungiku setelah ini. Jadi dia, laki-laki yang pernah dikatakan teman dekat perempuanku itu.
Di bawah tempat perlindungan hujan, aku menangis tak tertahankan. Kupikir kali ini, aku bisa jadi tokoh utama. Tapi tidak. Lagi-lagi, aku harus menjadi second lead female yang harus menyaksikan dua tokoh utama bersatu dengan hati yang patah. Ini tak ada bedanya dengan kisah cintaku yang kemarin, dan kemarinnya lagi. Dan aku sendiri tidak tahu, akan terus menjadi perempuan seperti ini sampai kapan.
Ini adalah diaryku, satu-satunya dunia dimana aku bisa menjadi tokoh utama didalamnya. Ini diaryku. Bagaimana dengan diarymu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar